Friday 13 January 2012

Takdir tersurat perpisahan ini..

Aku berdiri, kaku bagaikan kayu mati, sambil Hisham tertunduk merenung lantai. Aku sedar dia mencari kekuatan. Kekuatan untuk menghadapi situasi ini.Cuba ku belai rambut hitamnya,sambil bibirku tak putus-putus memohon maaf. Hisham mendongakkan kepalanya. Matanya merah, mungkin menahan air matanya dari menitis. Aku juga sebak. Bukan niatku untuk menguris hati insan yang paling ku sayangi. Bukan niatku mendustakan janji setia yang telah terpatri tapi takdir yang menentukan. Tidak tergamak hati ini menguris perasaan ibu tua yang menuntut agar aku melangsungkan perkahwinanku dengan sepupuku.
"Hisham...Amir akan tetap menyayangi Hisham..Hisham tetap utuh di hati Amir"  bicaraku mengalun sebak.

Tapi sedaya upaya cuba ku tahan airmata ini. Darah pahlawan dalam diri ini menghalang air mata ini dari menitis. Ku kucup lembut cuping telinga Hisham.Hisham hanya membatukan diri. Bagai berilusi dengan dirinya sendiri.Ku belai misai tipisnya,biasanya dia tewas bila misai nipisnya ku usap manja. Terjungkit sedikit bibirnya mengukir senyum biarpun hambar. Tali leher yang melengkar di tengkoknya ku ungkai. Butang baju putihnya ku buka satu persatu. Sambil itu bibirku sesekali singah lembut mengucup bibir Hisham. Hisham membalasnya. Kali ini Hisham membalsnya dengan rakus. Bibirku di kucupnya bertalu-talu. Bukan setakat itu sahaja,habis seluruh tubuhku.hi hisapnya. Aku mengeliat kenikmatan. Reaksi ganas Hisham ternyata menambahkan gelojak nafsuku yang membara.
Aku juga membalasnya dengan pelukan dan kucupan hangat yang membuaikan kami berdua. Pelahan-lahan ku tanggalkan satu persatu pakaian Hisham. Kini kami sudah bertelanjang bulat. Pakaian bersepah di birai sofa. Sekujur tubuh Hisham menjadi mangsa.Kukucup dengan rakus dan manja. Hingga sampai ke senjatanya yang terpancat utuh. Kubelai,kukucup penuh ghairah.Hisham mengeliat kenikmatan. Kukulum bagaikan mengulum aiskrim.Ku hisap
seenaknya.Hisham juga melakukan perkara yang sama kepada senjataku. Hampir ku sampai kekemuncaknya tika Hisham mengulum senjataku.Tapi mujurlah sempat kusadari dan lantas mempelahankan ritma nya agar pertarungan kini bertambah hangat dan panjang.Pelahan-lahan senjata hisham menembusi lubang hikmatku. Memang agak sakit pada awalnya. Tetapi pengalaman beradu kami berdua dapat mengurangkan kesakitan itu. Semakin lama semakin hangat adengan sorong tarik itu hinggalah Hisham terkulai tika memancutkan air maninya ke atas dadaku. Hisham juga menghisap senjataku hingga terpacut air maniku. Kami berdua terlentang keletihan setelah 1 jam bertarung dalam kehangatan dan kesayuan.

 "Selamat tinggal sayang..moga kasih kita ini akan terus utuh tersulam dalam rindu bernafas sendu"  bisikku lembut ke cuping teling Hisham. Jari jemari kami bertaut erat seperti tidak merelakan perpisahan ini.... Don't Click Here!!!

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...